Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 15 Oktober 2011

R U T H

 
Wanita Yang Tegar dan Setia


D
ahulu kala di tanah Moab,  hiduplah seorang gadis muda  nan cantik jelita bernama Ruth. Ia menikah dengan seorang pemuda tampan bernama Mahlon. Mereka tinggal bersama Naomi ibunda Mahlon. Sementara Kilyon  putra sulung Naomi, dan Orpa istrinya, tinggal berdekatan dengan rumah mereka.  Tahun-tahun mereka lalui dengan penuh kebahagiaan. Ruth dan Mahlon tidak di karuniai anak, Namun ia tetap bersyukur dan menikmati kehidupan pernikahan bersama suaminya itu.  

Jauh sebelumnya, Elimelekh suami Naomi membwa seluruh keluarganya mengungsi ke tanah Moab dan menetap disana, karena pada waktu itu terjadi kelaparan yang sangat hebat di tanah Yehuda.

Singkat cerita, kedua anak lelaki Naomi meninggal karena sakit. Naomi sangat berduka,  Rut dan Orpa pun kehilangan suami yang mereka cintai. selain itu mereka cemas akan kelangsungan hidup mereka kedepan tanpa orang-orang yang mereka kasihi itu karena penguasa pada saat itu melarang keras wanita untuk bekerja. Lalu tersiarlah kabar bahwa kelaparan di tanah Yehuda telah berakhir. Naomi yang sudah sangat rindu untuk kembali ke kampung halamannya pun mendengar kabar itu dan segera berkemas bersama kedua menantunya. Lalu berangkatlah mereka dari tempat kediamannya. Sementara mereka dalam perjalanan, naomi berkata kepada kedua menantunya itu, "Kalau kalian mau, aku mengizinkan kalian untuk kembali pulang ke rumah orang tua kalian." kata naomi sambil menghela napasnya. "Sewaktu anak-anakku masih hidup, kalian sangat mengasihi mereka,  dan kalian juga sangat mengasihi ibu,  Sekarang, suami kalian itu sudah tiada, kalian berhak mendapat seorang suami yang mencintai dan menyayangi kalian." Lalu naomi berpaling dan menciumserta merangkul kedua menantunya itu.  Keduanya pun menangis tersedu-sedu lalu berkata pada Naomi ," Tidak bu! Kami akan tetap ikut pulang bersama-sama, ke tempat dimana ibu tinggal,...!!"Naomi pun menatap mereka dan berkata,"anak-anakku, apalagi yang kalian harapkan dari wanita tua seperti ibu ini? kalaupun ibu menikah lagi dan punya anak-anak lelaki, apa iya kalian mau menahan diri untuk tidak menikah, dan menunggu sampai mereka dewasa?  bagaimanapun kalian jauh lebih beruntung daripada ibu." kata  Naomi sambil tersenyum kecil.  Namun airmata Ruth dan Orpa kembali jatuh seolah berat berpisah dengan ibu mertua yang sangat mereka kasihi itu.


"Kalau begitu, aku pamit!" kata Orpa sambil memeluk Ruth dan ibu mertuanya itu.  Ia pun melangkah pelan. Tapi Ruth tetap berdiri di samping Naomi sambil menatap Orpa yang berlalu meninggalkan keduanya.  Setelah Orpa menghilang dari pandangan mata mereka, Naomi pun bertanya pada Ruth, " Kenapa kamu tidak ikut pulang bersama iparmu itu?  Pulanglah kalau kamu mau." Ruth pun terdiam dan menggenggam tangan mertuanya  sambil berkata."  Aku mohon, bu... Jangan paksa aku untuk pergi meninggalkan ibu sendirian. Aku akan tetap ikut dan menjadi bagian dari bangsamu dan percaya pada Tuhan yang ibu sembah... tak ada yang bisa memisahkan aku dari ibu, kecuali maut. bilapun itu terjadi. aku ingin dikuburkan disisi mu"   Hati Naomi pun tersentuh mendengar perkataan Ruth, ia pun tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dan mereka meneruskan perjalanannya kembali.

Ruth memutuskan untuk tetap ikut dengan Naomi




Rasa lelah yang amat sangat tampak di raut wajah Ruth dan Naomi setelah mereka menempuh perjalanan yang cukup jauh  selama beberapa hari. akhirnya mereka sampai di Bethlehem,  kota tempat Naomi  dibesarkan. uang yang mereka punya sudah habis sama sekali dan saat itu mereka merasa sangat haus dan lapar. Pada saat mereka sampai di Betlehem, musim panen barulah di mulai. Orang-orang di kota itu sibuk memanen hasil yang mereka tanam selama beberapa bulan sebelumnya. ketika  Ruth dan Naomi melintas di depan sebuah ladang gandum, salah seorang wanita tua teman lama Naomi melihat mereka berdua. Ia mengenali Ia mengenali Naomi namun tidak mengenali perempuan asing yang bersamanya.  Penasaran, wanita tua itu berjalan mendekat ke arah mereka. "Kau Naomi, kan?" tanyanya sambil tersenyum. "Jangan memanggilku dengan nama itu lagi, karena naomi artinya 'menyenangkan'. Sementara hidupku sekarang tak menyenangkan lagi. Panggilah aku dengan nama Mara karena hidupku kini penuh dengan kepahitan." Airmata Naomi pun menetes, Ruth pun berusaha menguatkan ibu mertuanya itu.  


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ruth terbangun dari tidur lelapnya. Ruth berkata pada Naomi," Aku akan bekerja mencari makan untuk kita berdua. hari ini jelai sedang dituai. Barangkali saja aku bisa mengumpulkan bulir-bulir jelai yang jatuh tercecer di ladang. kita akan mengolah makanan dari jelai yang kubawa itu."

Ruth mengakan selendang pemanggul di atas kepalanya, lalu pergi ke sebuah desa. di ladang pertama yang ia kunjungi, ia meminta izin kepada pekerja di ladang itu untuk memungut bulir jelai yang tercecer di tepi sekitar ladang itu. Setelah mendapatkan izin dari pekerja di ladang itu Ruth pun mulai bekerja. Tak lama setelah itu, datanglah sang pemilik ladang, berjalan sambil melihat-lihat hasil kerja para pegawainya. setiap pekerja yang berpapasan dengannya pun memberi salam pada tuannya itu.  ketika ia hampir mendekati Ruth yang sedang asyik memungut bulir jelai, ia pun bertanya pada salah seorang pekerja yang ada di dekatnya. "Siapakah gadis muda itu?" pekerja itu pun menjawab, " Gadis itu berasal dari Moab, Tuan. Ia menantu Naomi. Ia sudah ada di sini sejak pagi-pagi sekali." Sang pemilik ladang pun mengangguk sambil bergumam. Sang pemilik ladang itu adalah Boaz salah seorang kerabat dekat Elimelekh, suami Naomi. 


Pertemuan petama Ruth dan Boaz


Saat jam makan siang, Boaz memanggil Ruth untuk turut makan bersamanya. "Ruth, Kemarilah makanlah disini, bersama-sama dengan aku dan para pekerjaku." Ruth segera bergabung bersama mereka. Ia pun menyantap roti dan kue jelai bakar yang di hidangkan para pelayan Boaz. "Kalau kamu mau, bawalah pulang makananan-makanan ini untuk mertuamu. Aku mengizinkanmu untuk pulang sebentar." kata Boaz pada Ruth..Ruth pun kembali ke rumahnya dengan membawa pemberian Boaz itu untuk Naomi.dan segera setelah usai jam makan siang, ia kembali ke ladang dan melanjutkan pekerjaannya memungut bulir jelai. Boaz yang berdiri dari kejauhan berkata pada para pekerjanya, "Biarkan dia mengambil semua bulir jelai yang dia inginkan. Cabutlah juga beberapa bulir padi dan jatuhkanlah itu supaya gadis itu dapat mengambilnya." pekerja itu pun melaksanakan apa yang diperintahkan Boaz kepadanya.

Tanpa kenal lelah, Ruth terus bekerja sepanjang hari. Tak percuma, karena hari itu Ruth membawa pulang cukup banyak bulir jelai yang bisa menjadi persediaan makanan bagi dia dan Naomi untuk beberapa waktu. Naomi yang melihat semua itu pun sangat gembira. " Wahh... Kamu dapat dari mana jelainya sampai sebanyak ini, Ruth? Katakan pada ibu, Siapa orang baik yang memberikan semua ini kepadamu?" ruth pun menceritakan semua hal baik yang diperbuat Boaz untuknya sepanjang ia bekerja di ladang pada hari itu.
"Terimakasih Tuhan" seru Naomi, gembira. "Kamu tau tidak, Boaz itu kan masih ada hubungan keluarga dengan kita!"

"Oh ya?" kata Ruth. "Memang tadi aku sempat heran atas kebaikannya padaku, bu! dia bahkan megizinkan aku terus bekerja di ladangnya dan memungut semua bulir jelai sebanyak yang aku inginkan, sampai akhir musim panen ini!"
"Hmm.. senangnya!" jawab Naomi sambil tersenyum lebar. "Ruth, benar kata Boaz, kamu harus bergaul akrab dengan para pekerja wanita supaya kamu tetap aman.  kalau kamu aman, ibu kan tidak perlu lagi terlalu mencemaskanmu."
"Iya bu," Kata Ruth sambil tersenyum dan menyandarkan kepalanya di pundak Naomi. Malam itupun mereka lalui dengan bahagia dan ucapan syukur pada Tuhan.

Sepanjang musim panas, Ruth dan Naomi punya cukup persediaan makanan. perlahan tapi pasti, mereka mulai menata kembali kehidupan mereka yang dulu hampir suram.  Suatu ketika, Naomi berkata kepada Ruth, "Anakku, sekaranglah saat yang tepat  bagimu untuk menikah lagi. Dengan senang hati ibu akan mencarikan seorang suami yang pantas bagimu."
"Ibu jangan khawatir" tanggap Ruth sambil tertawa kecil. "Tuhan pasti akan memelihara dan menjaga kita sebab apa yang kita lalkukan adalah baik di mataNya."
Saat itu naomi sedang sibuk menyapu ruangan tempat ia dan Ruth biasa duduk bersantai. Naomi berlagak seolah tak memperhatikan apa yang dikatakan Ruth, ia langsung saja memotong pembicaraan menantunya itu, "Kalau dengan Boaz, bagaimana menurutmu, nak? menurutku dia lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Ia pantas untuk menjadi prngganti mendiang suamimu itu"
"Ahh, ibu ini bisa ada-ada saja" sahut naomi sambil tertuduk malu. "O ya,  kamu sudah tau kalau malam ini Boaz akan pergi ke tempat pengirikan?" Tanya  Naomi.
"hmm.. bu aku mau tau pendapat ibu.." Sela Ruth. " Pendapat apa nak? katakan pada ibu!" kata Naomi. 
"Apa menurut ibu aku ini pantas untuk jadi istri Boaz? apa hal itu diperbolehkan di tempat ini?" Tanya Ruth.  Naomi pun menjelaskan, " Disini, kalau  suamimu telah meninggal, sudah jadi kebiasaan kami, bahwa salah seorang dari kaum keluarga suamimu  harus mengambil alih tanggung jawab mendiang sumimu itu untuk menjagamu. Boaz adalah kaum keluargaku, Tak ada salahnya jika ia menikahimu!"  Ruth akhirnya setuju untuk menikah dengan Boaz

Menjelang malam, Naomi berkata pada Ruth, " Anakku, sekarang kamu harus bersiap-siap!  mandilah dengan air hangat,  dan pakailah pakaian terbaik yang kamu punya, jangan lupa untuk mengoleskan parfum di tubuhmu lalu segeralah pergi ke tempat pegirikan itu malam ini juga. Tapi awas, jangan sampai Boaz melihatmu datang! ketika ia sudah menyelesaikan semua pekerjaan dan masuk ke kemahnya untuk berbaring, tunggulah sampai ia tertidur pulas. Baru setelah itu kamu masuk ke kemahnya, dan tidurlah di bawah kakinya!"
"Baiklah bu." kata Ruth. Ia pun pergi ke tempat pengirikan itu, dan melaksanakan semuanya, tepat seperti yang dikatakan Naomi.

Ruth dan Boaz di tempat pengirikan

Malam itu cuaca sangat dingin. Angin bertiup sepoi-sepoi namun hembusannya terasa hingga menembus tulang. Ruth segera menyelinap ke dalam kemah Boaz. Ia mendapati Boaz sudah tertidur pulas dan sedikit mendengkur. segera saja Ruth berbaring di bawah kakinya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang juga dipakai Boaz. beberapa jam kemudian, Boaz pun tersadar. Ia merasakan sesuatu yang bergerak tepat dibawah kakinya. Ia merasa sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. ternyata seorang gadis yang sedang tertidur pulas. Boaz pun menyentuh pundak gadis itu dan membangunkannya. Ruth pun terkejut. "Ssstt... Jangan berteriak! Siapa kamu?"
"Aku kerabatmu, dan aku datang kesini untuk meminta perlindungan darimu." Jawab Ruth pelan.
"Astaga, Ruth!! Kiranya Tuhan memberkatimu." seru Boaz. Begitu setianya kamu kepadaku, sama seperti kamu  setia pada Naomi. Katakan, kenapa kamu memilih aku menjadi suamimu, bukankah masih banyak pria diluar sana yang jauh lebih muda dari padaku? Semua orang di Betlehem tau siapa kamu. tapi mengambilmu menjadi istriku adalah suatu kehormatan bagiku. " Boaz tersenyum. "Tapi sebenarnya masih ada seorang lagi yang lebih pantas mendampingimu karena hubungan kekerabatannya lebih dekat daripada aku ini. kalau begitu, kau boleh tinggal di sini malam ini. Besok pagi aku akan menemui orang itu dan bertanya padanya apakah ia mau mengambilmu sebagai istrinya atau tidak." lalu mereka pun kembali tidur. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Ruth pergi meninggalkan tempat itu dan pulang kerumah mertuanya. Ia pun menceritakan segala hal yang telah terjadi pada Naomi.

Pagi harinya Boaz pergi ke pintu gerbang kota dan duduk disana. tak lama kemudian, lewatlah kerabatnya yang ia sebutkan lebih pantas mengambil alih tanggung jawab atas Ruth itu. Boaz pun memanggil kerabatnya itu," Saudaraku,  kemarilah! duduklah disini bersamaku. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu." kerabatnya itu lalu datang menghampirinya dan duduk berhadapan muka dengan Boaz. "Ada apa?" tanya kerabatnya itu pada Boaz. "Tunggu sebentar..." Lalu ia memanggil sepuluh orang tua-tua bangsa itu yang kebetulan berdiri dan sedang melintas di dekat pintu gerbang. Ia  menyuruh mereka berkumpul didekatnya. Lalu berkatalah Boaz pada kerabatnya," Begini saudaraku, Naomi telah pulang dari daerah Moab, dan ia hendak menjual tanah kepunyaan saudara kita Elimelekh.  Jadi pikirku, kamulah yang harus membeli tanah itu.  jika kamu mau membeli tanah itu, beli lah. para tetua bangsa kita ini menjadi saksi atas apa yang kita lakukan ini."

"Hmm.. Baiklah, kalau begitu aku akan membeli tanah itu." jawab kerabatnya  itu pada Boaz.
"O ya, pada waktu kamu membeli tanah itu dari Naomi, kamu juga memperoleh Ruth, gadis asal Moab, istri mendiang Mahlon, anak lelaki Naomi.. Bagaimana menurutmu." Lanjut boaz menjelaskan sembari bertanya pada kerabatnya itu.
Kerabatnya itu spontan terkejut mendengar penjelasan Boaz. Raut wajahnya pun berubah seolah-olah timbul keraguan dalam dirinya. "Aduhh, Bagaimana ya?"tanggap kerabat Boaz itu kebingungan. "Aku merasa tak pantas... Saudraku, Kalau begitu kamu sajalah yang membelinya." Lalu kerabat Boaz itu pun melepaskan sandal dari salah satu kakinya sebagai tanda pengesahan transaksi dalam perkara itu. hal ini biasa dilakukan dalam tradisi bangsa Israel kala itu.
Boaz mengadakan persepakatan di hadapan tua-tua Israel

Lalu Boaz pun berdiri dari tempat duduknya dan berkata pada sepuluh orang tetua bangsa yang duduk mengelilinginya, " Kalian semua jadi saksi, bahwa pada hari ini juga aku membeli segala yang domiliki Elimelekh dan kedua anak lelakinya itu, kubeli dari tangan Naomi. Juga Ruth, istri mendiang Mahlon anak Naomi, kuambil menjadi istriku yang sah, untuk menegakkan kembali nama keluarga mereka."

Tak lama kemudian berkumpulah orang banyak yang kebetulan juga berada di sekitar pintu gerbang kota itu menyaksikan apa yang dilakukan Boaz dihadapan mereka. Lalu bersama kesepuluh tetua banga itu mereka semua berkata, " Kami semua disini menjadi saksi atas apa yang kau perbuat pada hari ini. Kiranya TUHAN memberkati  istrimu itu seperti ia memberkati  Rahel dan Lea leluhur kita. TUHAN kiranya melimpahkan kepada engkau kebahagiaan di Efratha, dan IA membuat namamu dikenal di seluruh Betlehem. dan IA pula yang memberkati keturunan anak-anakmu, dan membuatnya menjadi banyak seperti keturunan Perez, anak lelaki Yehuda dari pernikahannya dengan Tamar."

Boaz dan Ruth pun akhirnya menikah, dan sembilan bulan setelah itu Ruth pun melahirkan seorang bayi  laki-laki. Naomi merasa sangat gembira atas kelahiran cucunya itu. "Ruth anakku, pada hari ini kamu sudah membuatku sangat gembira, lebih gembira dari sekedar memiliki tujuh orang anak lelaki. Naomi mencium kening Ruth sambil terus memnggengam jari-jari mungil cucunya yang baru lahir itu. para tetangga di sekitar kediaman mereka pun berdatangan dan turut merasa gembira atas kelahiran cucu Naomi. salah seorang tetangga Naomi pun berkata padanya, " Naomi, kau sangat beruntung karena mempunyai menantu seperti Ruth, yang sangat mengasihimu. "Naomi tersenyum. Bagaimana kalau kamu menamai cucumu ini 'Obed' biarlah nama anak itu dikenal banyak orang." Usul tetangganya itu. Naomi pun setuju dan menamai anak  itu 'Obed'.

Ruth dan Boaz bersama Obed putra mereka


Kini kehidupan Naomi menjadi sangat bahagia karena kehadiran  cucunya Obed. Setiap hari anak itu duduk di pangkuannya. Naomi mengasuh anak itu dengan penuh kasih sayang. Bersama Ruth dan Boaz kedua orang tuanya, Naomi mengajarkan hukum-hukum TUHAN dan segala sesuatu yang baik kepada Obed. Obed menyimpan semua itu dalam hatinya hingga ia tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa. Dialah ayah Isai yang memperanakan Daud, seorang yang nantinya akan menjadi raja besar dan terkenal di Israel. Dan melalui keturunan Daud, lahirlah Yesus sang Juruselamat dunia.


( RUTH 1 - 4)


TUHAN MEMBERKATI

 

0 komentar:

Posting Komentar